Menggali Warisan, Membangun Masa Depan: Pengembangan Wisata Gunung Tabur Bersama Dewan Adat dan Sultan Chalifatullah Kaharuddin II
Gunung Tabur, kelurahan bersejarah yang terletak di jantung Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, tidak hanya menyimpan jejak masa lalu, tetapi juga menjadi titik harapan baru bagi masa depan pariwisata budaya yang berkelanjutan. Di balik dinding tua Museum Batiwakkal—bekas Keraton Kesultanan Gunung Tabur—terpahat kisah kejayaan masa silam yang kini tengah dibangkitkan kembali melalui kolaborasi antara Pemerintah Kelurahan, Dewan Adat, dan Yang Mulia Sultan Chalifatullah Kaharuddin II.
Warisan Kesultanan sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
Kesultanan Gunung Tabur adalah salah satu kerajaan besar di wilayah pesisir timur Kalimantan yang berperan penting dalam sejarah perdagangan, pendidikan Islam, dan diplomasi lokal pada masa lampau. Warisan ini masih hidup dalam bentuk:
•Arsitektur keraton (Museum Batiwakkal)
•Pakaian dan simbol kerajaan
•Naskah testamen (surat wasiat Sultan)
•Tradisi kesultanan seperti penobatan, doa safar, dan adat kelahiran
Kini, semua kekayaan ini mulai ditata kembali menjadi daya tarik wisata budaya dan edukasi sejarah, yang tak hanya mendatangkan pengunjung, tetapi juga membangkitkan kebanggaan masyarakat Gunung Tabur terhadap jati dirinya.
Peran Sentral Dewan Adat dan Sultan CHALIFATULLAH Kaharuddin II
Yang Mulia Sultan Chalifatullah Kaharuddin II sebagai pewaris takhta kesultanan bersama Dewan Adat Gunung Tabur memegang peran penting dalam pengembangan wisata berbasis budaya. Mereka tidak sekadar menjadi simbol, tetapi juga pengarah nilai dan pelindung keaslian warisan adat.
Dalam pengembangan ini:
•Dewan Adat memandu pelestarian ritual dan tata cara tradisional agar tidak disalahartikan dalam kegiatan komersial.
•Sultan Chalifatullah Kaharuddin II memberikan restu dan arahan agar semua kegiatan promosi wisata tetap menjaga etika dan martabat kesultanan.
•Turut dilakukan pendampingan terhadap kelompok seni, UMKM budaya, dan Pokdarwis dalam pengemasan kegiatan wisata berbasis adat.
Inisiatif dan Program Pengembangan Wisata
Pemerintah Kelurahan Gunung Tabur bersama Sultan dan Dewan Adat telah menggagas berbagai inisiatif seperti:
•Paket wisata edukasi sejarah dan budaya kesultanan, termasuk tur keraton, pertunjukan adat, dan kuliner kerajaan.
•Festival Budaya Gunung Tabur, yang mengangkat seni tradisional seperti barudat, japin, dan hadrah dengan sentuhan kemegahan kesultanan.
•Digitalisasi dokumen sejarah seperti surat testamen dan manuskrip lama melalui teknologi AI dan video sinematik.
•Penataan kawasan Dermaga Wisata Sungai Gunung Tabur sebagai akses ke wisata air dan jalur napak tilas sejarah kerajaan.
Sinergi Antara Pemerintah, Adat, dan Masyarakat
Pengembangan destinasi ini dijalankan dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis komunitas, di mana nilai-nilai adat dan sejarah menjadi fondasi pembangunan. UMKM lokal, kelompok pemuda, dan pelajar dilibatkan dalam promosi wisata, pelatihan pemandu, hingga pembuatan produk souvenir khas kesultanan.
Sementara itu, Sultan dan Dewan Adat secara rutin terlibat dalam forum dialog dan perencanaan pembangunan, menjadikan adat bukan sekadar simbol, tapi mitra pembangunan yang sah dan berpengaruh.
⸻
Menjaga Identitas, Membuka Dunia
Gunung Tabur saat ini sedang menata wajah barunya: sebuah destinasi wisata budaya yang menjunjung tinggi nilai leluhur dan sekaligus terbuka pada dunia. Dengan bimbingan adat dan arahan Sultan Chalifatullah Kaharuddin II, pariwisata Gunung Tabur bukan hanya akan menghidupkan ekonomi lokal, tapi juga akan menjaga nyala sejarah yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Inilah Gunung Tabur: Negeri Sultan, Warisan Budaya, dan Harapan Baru Wisata Berbasis Adat.